Thursday, 1 September 2011

KARENA DUIT NGGAK TURUN DARI LANGIT

Dari mana datangnya cinta?

Dari mata turun ke hati.

Dari mana datangnya duit?

Dari mana ya????????

 

Hm, hm, hm…… lagi-lagi soal duit. Ngemeng-ngemeng soal duit mari kita hubungkan dengan perjalanan saya menuju audisi akademi fantasi indosiar… wo… wo… wo… kayaknya lebih cocok ke akademi pelawak TPI. Tapi sekarang kan TPI udah gak ada, tinggal kenangan. Tapi tenang aja kita nggak akan ngomong tentang TPI.

Kembali ke perjalanan kisah kasih di sekolah. Kisah di kampus dimana tiba-tiba saya berada di SIM UNS. Sekali-pun dalam benak saya nggak pernah terpikir bakalan nyemplung di SIM, ngimpi aja enggak. Kenal aja juga akhir-akhir semester 5.

Masuk di SIM untuk pertama kalinya (dan terakhir kalinya, soalnya udah tua T_T), tiba-tiba diangkat menjadi Menteri Keuangan, Financial Executive, Bendahara dan segala tetek bengek-nya yang kita tahu sendiri berhubungan dengan duit. Kok bisa jadi Menteri Keuangan??? (garuk-garuk kepala). Tapi kan ya gak mungkin jadi Menteri Pertanian. Padahal dalam riwayat organisasi saya biasanya di bidang Sekjend, Media atau Humas. Dengan penuh rasa yang nano-nano maka saya jalani tuntutan peran saya sebagai pengurus keuangan.

Mungkin inilah seni-nya berorganisasi. Saya jadi belajar banyak hal dan melakukan hal-hal yang dulunya tak pernah saya pikirkan. Misalnya jualan snack, jualan krupuk, dan jualan pulsa. Sekarang jadi sering main ke pasar. Pagi-pagi buta  naik bus, kulakan snack, pulang dengan tangan kanan dan kiri menenteng kresek hitam besar-besar. Untuk keuntungan memang sih gak seberapa, tapi kalau istiqomah lumayan juga loh. Apalagi di kost paling cepet habisnya.

Awalnya di kost lebih banyak menjual makanan ringan yang manis-manis. Chocholatos, slai olai, dan kawan-kawannya. Tapi suatu saat saya diprotes adik kost saya, “Mbak, tar tanggung jawab kalau anak-anak pada kena diabetes,”. Hehe, akhirnya saya jualan krupuk, makanan ringan yang gurih dan asin.

Ternyata nyari uang itu gak gampang. Dibutuhkan ketekunan, kesemangatan dan kesehatan. Yup, kesehatan. Tentunya masih mengingat jargon saya yang pertama. Stamina prima memang dibutuhkan bagi orang-orang dengan mobilitas tinggi apalagi ke pasar, hihihi.

Tiap hari uang yang masuk dari keuntungan snack kadang cuma 900, tapi bisa juga sampai 4500 rupiah. Kalau pulsa memang untung-nya sangat lumayan, tapi ya yang mbayar itu juga ada beberapa yang lumayan telat, hehe, peace (^_^)v.

Hm… pernah “shock” juga ketika ada yang sms, “mbak besok minta uang 200rb…. Bla..bla..bla….”….. Hello… plis deh, uang itu gak datang secara tiba-tiba…. Perlu diusahakan. Bukannya pelit, sih. Tapi kan ya saya berkewajiban juga menghidupi teman-teman yang lain. Kalau tiba-tiba diminta segitu kan nanti jadi “muflis’” alias bangkrut. Cobalah ingat orang tua kita yang bekerja dari pagi bahkan sampai malam. Atau yang gajian sebulan sekali jadi harus bisa memanajemen uang biar cukup untuk sebulan.

Lihatlah para pengamen yang mengumpulkan keping demi keping logam. Berlari dari bus satu ke bus lain, dari daerah ke daerah. Hmmmm…  hargailah uang……

So, buat teman-teman PHT, maafkan saya jika belum bisa menjadi sponsor utama kegiatan divisi. Ya, oleh sebab di atas tadi. Insyaallah, saya akan selalu berusaha untu men-sponsori tiap kegiatan divisi, sedikit- demi sedikit seadilnya dan semampu saya.

Mata duitan? Bukan! Tapi mencoba menghargai uang, mensyukuri apa yang kita miliki. Karena Allah telah mencukupkan kebutuhan kita hari ini pun bahkan kemarin maupun besok.

 

Solo, 31 Maret 2011

21:22 WIB

 
Load disqus comments

0 comments