Tuesday 2 April 2013

BAHAGIANYA MELAHIRKAN

Alhamdulillahhirabbil'alamin.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah memperkenankan saya menjadi seorang ibu. Jum'at 22 Maret 2013 pukul 05.22 WIB lahirlah seorang bayi perempuan mungil nan cantik dari rahim saya, yang telah saya bawa kemana-mana selama 39 minggu, hehe. Sebenarnya HPL saya masih tanggal 29 Maret, tapi si dedek ternyata sudah tidak sabar mau keluar. Tau aja kalau bu bidan tanggal segitu lagi ada tugas ke Jogja :).
maahirah
Maahirah Al-Ghassani

Setelah melahirkan banyak teman-teman saya yang sudah menikah, belum menikah, dan yang sedang hamil ingin sharing bagaimana sih rasanya melahirkan. Sakit atau bagaimana? Tentunya tiap ibu memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam merasakan sensasinya melahirkan. Tergantung juga, normal atau caesar. Kalau saya alhamdulillah normal.

Begini ceritanya..Kamis, 21 Maret 2013 pukul 01.00 WIB ibu mertua datang dari Sumedang. Pas mertua datang saya  ngobrol-ngobrol sejenak dengan beliau kemudian kami sama-sama istirahat. Saat subuh menjelang saya merasakan sakit yang tidak seperti biasanya di sekitar pinggang dan sakitnya gak ilang-ilang. Akhirnya saya memutuskan untuk sms Bu Niken (Kepala Sekolah PAUD SAsi), bahwa saya tidak bisa mengajar karena sakit pinggang.

Sekitar jam 9 tiba-tiba saya mengeluarkan bercak darah. Saya bertanya kepada mertua, apa ini tanda-tanda mau melahirkan. Mertua saya meng-iya-kan dan menyuruh saya dan suami untuk segera ke bidan. Dengan berjalan kaki kami berdua menuju rumah ibu bidan. Sesampai disana saya diperiksa. Kata Bidan Nita saya sudah pembukaan 1. Tapi antara pembukaan 1 sampai lengkap bisa 1 minggu bahkan 2 minggu, tergantung mulesnya. Bidan Nita menyarankan saya untuk banyak jalan kaki. Ya sudah, akhirnya saya pulang dulu ke rumah.

Siangnya saya mulai merasa mules, tapi belum sering. Ba'da Ashar saya ke sekolah (SAsi), muter-muter dari depan-belakang, naik di rumah pohon. Semakin sore rasanya semakin mules, ditahan-tahan sampai ba'da isya ke bidan lagi sambil agak tertatih (belum tertatih banget lho). Hasilnya, kata bidan Nita masih belum ada penambahan bukaan. Bisa dianggap bukaan 2 sih, tapi itupun kalau dipaksain. Akhirnya Bidan Nita memberi surat rujukan untuk USG karena saya memang belum USG sama sekali, yang penting untuk mengetahui jumlah ketuban dan kira-kira bayi saya bisa lolos panggul tidak, karena saya kan orangnya mungil. Tapi sembari menulis surat rujukan, Bidan Nita berkata "Biasanya kalau malemnya saya buat rujukan surat untuk USG, besoknya si bayi udah lahir pas belum sempet di USG".  Hehe. Saya sih meng-amin-kan aja. Bukan-nya gak mau USG. Dulu udah pernah daftar, eh, taunya dokternya cowok. Ada satu lagi perempuan tapi Nasrani. Yaah, sama aja. Akhirnya sampai hari itu tiba-pun saya belum USG.

Setelah itu  kembali ke rumah, mengikuti saran dari Bidan Nita untuk langsung  istirahat. Tapi ternyata gak bisa tidur, cuma merem aja sambil merintih. Berdzikir, tarik nafas panjang dan kata Bu Bidan baca hasbunallah, serta surat Al-Fill dalam satu kali tarikan nafas.

Jam 23.00 pas lagi tiduran saya merasakan ada suara seperti letusan kecil "tik" dari perut saya. Kemudian ada air keruh yang mengucur keluar namun tak lama kemudian berhenti. Saya bangunkan suami dan saya minta untuk menelpon bidan nita. Saya khawatir kalau yang keluar barusan adalah air ketuban. Pas telpon ke bidan nita, kata beliau kalau air ketuban warnanya bening dan akan mengucur terus, tidak berhenti. Ya sudah, saya tiduran lagi. Berprasangka baik bahwa yang keluar adalah lendir yang menyertai flek darah, meskipun gak sepenuhnya yakin karena merasa yang barusan adalah air.

Hari sudah masuk Jum'at 22 Maret pukul 01.00 saya sudah tidak tahan lagi dengan mules di perut saya. Mertua menyarankan untuk segera ke bidan saja. Langit masih benar-benar gelap dan jalanan sepi, saya dan suami menuju rumah bidan Nita.

Sesampai disana saya diperiksa lagi. Sudah bukaan 4. Tapi yang mengejutkan adalah kata Bidan Nita air ketuban saya sudah habis. Kering. Jadi yang keluar jam 23.00 tadi bener air ketuban. Karena saya bilang air yang mengucur berwarna keruh, bidan Nita merogoh lagi rahim saya. Saat tangannya keluar, nampak seperti lendir berwarna hitam agak hijau. Bidan Nita menggumam "Ini apa ya? kok seperti mekonium (eek bayi yang pertama kali keluar). Bidan Nita mulai ragu posisi bayi saya, sudah kepala belum yang dibawah. Tapi waktu kontrol terakhir kemarin beliau bilang kalau kepala sudah dibawah. Keraguannya muncul karena memang pas umur 6 bulan menuju 7 bulan posisi kepala bayi saya belum dibawah, jadi saya disarankan untuk banyak nungging dan senam hamil.

Bidan Nita masih meraba lendir hitam tersebut dan bertanya kepada suami saya. "Tidak ada keturunan kembar kan dalam keluarga?".

Suami saya menjawab sambil memandang saya "Ada, dari keluarga ayahnya ".

"Wah, jangan-jangan ini kembar," kata Bidan Nita. Saya yang mendengarnya jadi lemes. Mau ngeluarin satu aja susah kayak gini, apalagi dua.

"Harusnya kalau kembar ada sekatnya, " bidan Nita meraba perut saya dan rahim saya. "Insyaallah satu kok ini, dan kepala sudah benar dibawah,,"sambung bidan Nita lagi.
Load disqus comments

1 comments: