Friday, 13 January 2012

UANG KEMBALIAN, PROFESIONALISME DAN PERMEN

Sore ini saya menemani Nunung, adik kost sekaligus teman sekamar saya untuk membeli jilbab. Tepatnya di salah satu toko busana muslimah di belakang kampus. Singkat cerita, setelah Nunung menemukan jilbab warna pilihannya, dia kemudian ke kasir untuk membayar. Nunung menyerahkan uang biru bergambar I Gusti Ngurah Rai.

Ketika menerima uang tersebut, sang pelayan toko berkata, “Uang kecil aja mbak.”

Nunung menjawab “Nggak ada tu mbak.”

“Pinjam temannya dulu,”kata pelayan toko itu sambil menoleh kepada saya.

Saya bilang” Aku juga nggak ada uang kecil Nung, uangku biru semua, maklum baru pulang.”

“Gimana dong, masa’ nggak jadi beli ni,”kata Nunung.

“Maaf mbak ini benar-benar tidak ada uang kembalian,”sahut pelayan toko tersebut datar.

“Masa’ harus balik lagi kesini, hemmm, ya sudah mbak, saya tidak jadi beli, “kata Nunung.

Kamipun keluar dari toko tersebut. Masih di halaman toko itu saya berkata pada Nunung.

“Wah, kalau ketemu pelayan toko kayak gitu pasti kakakku sudah ngomel-ngomel.

“ Iya,mbak. Pembeli kan adalah raja,” kata Nunung.

“Yah, seharusnya pelayan toko itu yang mencari atau berusaha menukarkan uang tersebut,” ujarku.

“Kenapa dia tidak mau berusaha ya Mbak?,” tanya Nunung

“Entahlah,,,,,

Pernah mengalami kejadian serupa? Bagaimana pendapat teman-teman tentang hal ini. Saya juga tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan pelayan toko tersebut. Mungkin tidak masalah jika yang mengalami hal seperti ini hanya satu atau dua orang saja. Jika lebih? Bagaimana dengan imej toko di mana dia bekerja. Dan kenyataannya saya kenal dekat dengan pemilik toko tersebut. Tapi saya tidak ada niat untuk mengadukan kejadian sore tadi ke si pemilik. Hanya menyayangkan sikapnya dalam bekerja.

Kejadian lainnya, masih dalam suasana jual beli. Kakak saya pernah ngomel-ngomel pada kasir minimarket di dekat rumah. Gara-garanya adalah uang kembalian. Tentunya teman-teman juga pernah mengalami hal ini. Di beri uang kembalian berupa permen. It’s okey lah kalau hanya 100 atau 200 rupiah saja. Tapi waktu itu kakak saya harusnya mendapat kembalian 900 rupiah. Dengan entengnya si kasir bilang “Kembaliannya permen ya Mbak?.”



Wah, kakak saya langsung mencak-mencak. Dahsyat. “Apa mbak? Permen? Mbak mau semua belanjaan ini juga saya bayar pakai permen,”kata kakak saya. Bayangkan 900 rupiah. Minimarket kok gak punya stok uang receh. Saya tahu ini hal sepele. Tapi apakah harus seperti itu?



Solo, 13 Januari 2012

Menanti Ashar di Masjid Nurul Huda UNS

 

Sumber Gambar kilik DISINI dan DISINI
Load disqus comments

2 comments