Thursday 12 January 2012

ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Umar bin Khathab ra. Berkata,

“Suatu hari, kami duduk dekat Rasulullah saw., tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam legam. Tak terlihat tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tak seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Ia duduk di depan Nabi, lututnya ditempelkan ke lutut beliau, dan kedua tangannya diletakkan di paha beliau, lalu berkata, “Hai Muhammad! Beritahu aku tentang Islam.” Rasululah saw., menjawab, “Islam itu engkau bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau mampu.” Laki-laki itu berkata, “Benar.” Kami heran kepadanya; Bertanya, tapi setelah itu membenarkan jawaban Nabi?!

Ia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Iman.” Nabi menjawab, “Iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, hari akhir dan takdir; yang baik atau yang buruk. “ Ia berkata, “Benar.”

Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Ihsan.” Nabi menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Laki-laki itu berkata lagi, “Beritahu aku kapan terjadinya Kiamat.” Nabi menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya. “ Dia pun bertanya lagi, “Beritahu aku tanda-tandanya!” Nabi menjawab, “Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, orang yang bertelanjang kaki dan tidak memakai baju (orang miskin), dan penggembala saling berlomba mendirikan bangunan megah.”

Kemudian laki-laki itu pergi.

Aku terdiam beberapa waktu.

Setelah itu Nabi bertanya kepadaku, “Hai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya  lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Dia itu Jibril, dating untuk mengajarkan Islam kepada kalian. “ (HR. Muslim).

AHAMMIYATUL HADITS (URGENSI HADITS)

Ibnu Daqiq Al-‘Id berkata, “Hadits ini sangat penting, meliputi semua amal perbuatan, yang dhahir dan yang batin, bahkan semua ilmu syari’at mengacu padanya, karena memuat segala hal yang ada dalam semua hadits, bahkan seakan menjadi Ummus-Sunnah (induk bagi hadits), sebagaimana surat Al-Fathihah disebut Ummul-Qur’an karena ia mencakup seluruh nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an.

Hadits ini mutawatir karena diriwayatkan dari 8 Sahabat ra. : Abu Hurairah ra., Umar ra., Abu Dzar ra., Anas ra., Ibnu Abbas ra., Ibnu Umar ra., Abu ‘Amir, Al-Asy’ari, dan Jarir Al-Bajali ra.

 

 

Sumber :


KITAB AL WAFI


SYARAH KITAN ARBA’IN AN-NAWAWIYAH


MENYELAMI MAKNA 40 HADITS RASULULLAH


DR. MUSTHAFA DIEB AL-BUGHA, MUHYIDIN MISTU


PENERBIT AL-I’TISHOM, JAKARTA


 
Load disqus comments

0 comments