Kalau teman-teman pernah membaca tulisan saya yang berjudul “CINTA PERTAMA”, maka inilah kelanjutannya yang berjudul “CINTA TERAKHIR”. Kemungkinan saya juga akan membuat dengan judul “CINTA TENGAH-TENGAH” (lho?), hehe. Becanda
Bai de wei cinta terakhir saya ini berawal dari sebuah paksaan. Bukan paksaan ding, terlalu kejam. Cinta yang disarankan, cinta yang disuruh, cinta yang diarahkan, cinta yang dijodohkan, halah. Gitu pokoknya.
Waktu itu saya berada di suatu acara dan dideketin oleh mbak Aptika (Kimia 2006). Katanya sih saya mau dikenalin sama “S”. Tapi ternyata suasananya lagi crowded, di gedung ungu FKIP, jadinya hanya ngebrel-ngebrel sebentar. Pembicaraan tentang “S” hanya beberapa patah tulang, eh, beberapa patah kata.
Berlanjut mbak Arum (FKIP 2006) tiba-tiba ngebet banget pengen bertemu saya. Gak tau kenapa. Mantan kakak kelas saya waktu SMA ini-pun rela nyamperin saya di kost. Singkat cerita mbak Arum kemudian menginginkan saya untuk menjadi bagian dari hidup si “S”. Ya, mbak Arum menjadi mak comblang setelah mbak Aptika. Siapa “S”? Meski saya sering melihat si “S” di kampus, tapi saya tidak mengenalnya.
Tidaaaaaak. Bagaimana ini? kalau saya mau sama “S” berarti saya harus meninggalkan Bisma SM*SH dong, hiks. Saya bertanya pada mbak Arum, kenapa gak yang lain aja, yang udah kenal sama “S”. Mbak Arum bilang kalau si “S” butuh pendamping yang rajin, tekun, rapi, kece, aktif, kreatif, efisien dan efektif. Wow. Mbak Arum juga mengatakan bahwa “witing tresna jalaran saka kulina” dan saya pasti bisa melaluinya. Akhirnya dengan segala bujuk rayu mbak Arum, saya (sedikit terpaksa gimana gitu) mau sama “S”. Agak gimana-nya karena saya belum kenal dan udah akhir semester 7 waktu itu. Masa-masa sangat riskan untuk mahasiswa tingkat akhir.
Dan saya resmi berpisah dengan Bisma SM*SH. Bisma, maafin Mega ya. Meskipun kita jauh, tapi kita akan selalu jauh. Karena kita beda kasta. Tetap senyum dan semangat buat Bisma. Seperti lagumu “Senyum Semangat”. Bisma pasti bisa tanpa Mega. Dadah Bisma. Hiyaaaaaaaa.
Kemudian saya resmi dengan “S”. Heu. Bingung. Ngapain. Gak tau.
Bulan pertama: mendalami karakternya, mencoba mengenalnya
Bulan kedua: awal bulan udah merasa gak kuat, gak bisa. Apakah harus kembali ke Bisma? Akhir bulan perasaan kembali stabil
Bulan ketiga: Mulai mengetahui sisi menariknya (^_^)
Bulan keempat: Meski lelah dan harus bersakit-sakit, masih bisa bersamanya
Bulan kelima: Tetap stay sama si “S” bakal ada agenda besar ni
Bulan keenam: Agenda besar sukses, senang, riang
Bulan ketujuh: lagi bosen sama “S”
Bulan kedelapan: agak menghindar dari “S”
Bulan kesembilan: kembali ke “S”, menyadari terlalu lama meninggalkannya tanpa kata, hiks. Dan berakhir pula kebersamaan dengan “S”
Ya, selama Sembilan bulan bersama “S” memang kemudian saya menemukan banyak sisi menarik dari “S”. Hal itu membuat saya belajar banyak hal maupun mendapat banyak hal yang begitu berarti. Kesetiaan dan kemantapan hati itu penting. Dan nyata-nya, hati tak bisa di bohongi. Saya pun jatuh cinta padanya. Jadi malu T_T. Meskipun hanya sebentar di akhir masa-masa saya menjadi mahasiswa, tapi dia begitu berkesan. Dia punya “kelainan”, hehe. Dia punya sesuatu yang lain dan beda dari yang lainnya, hingga menjadikan dia sebagai cinta terakhir saya di UNS.
Epilog:
“S” betapapun bukan siapa-siapa aku
Sepanjang aku berjalan bersamamu
Kemudian aku bisa mengenalmu dan kau mempercayaiku
Terimakasih atas ladang pembelajaran ini.
“S” tercinta
_SIM_ Studi Ilmiah Mahasiswa_
Solo, 7 November 2011
21:39 WIB, Rumah Mawaddah
7 comments