13.45-14.30 @ Sekre
Saya dan Fairuz hari ini sedang “Mengurus sesuatu”. Sesuatu itu yang insyaallah akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Karena “Mengurus sesuatu”-nya perlu proses, maka “Mengurus sesuatu” itu dilanjutkan besok. Kami kemudian main-main ke sekre. Melihat sekre dengan kondisi baju-baju tercementhel, kertas berserakan dan burung-burung yang berterbangan. Eh, yang terakhir ini enggak ding. Memutuskan untuk sedikit me-make over sekre. Membuang sampah-sampah, merapikan dokumen. Parahnya ada sisa es teh yang tergantung di tembok bagian selatan. Kerjaan siapa coba….
Fairuz dengan telaten melipati baju yang tercementhel di gantungan .“Belum jadi Presiden Indonesia aja udah kayak gini,” kata Fairuz. Hehe, saya hanya ikut tersenyum.
Paling lucu melihat memo yang tertempel di sterofoam
“Waduh proposal diskon dimana ya,” (zakaria sie prijinan, cp 08122xxxxxxx)
Dan dibawah tulisan tersebut ada balesannya
“Jawab : Sudah dimasukkan mbak Angga (Hesti, cp 085xxxxxxx)
Hihihi….. yang nulis kapan, balesannya juga kapan, kan gak setiap saat pergi ke sekre…..
17.50-19.00 @ Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Menjenguk Fitri Komala Staff Pembinaan. Masih pada ngumpul-ngumpul di depan gedung baru bersama Hasih, Woro, Vianna, Amrih, Pak Tatang, Tri Hariyana, Pandu.
Tri Hariyana: Cuma dibelikan itu thok? (melihat bungkusan yang saya bawa)
Saya : Iya (dengan tampang tak berdosa)
Tri Hariyana: beli dimana?
Saya : Toko belakang kampus (masih dengan tampang tak berdosa)
Tri Hariyana: Hati-hati expired-nya lho, udah dilihat belum? (dengan raut wajah yang ilmiah)
Saya : idiiiiiiih, gak sempat liat kali, orang belinya cepat-cepat.
Akhirnya rombongan kami memasuki gedung baru RS PKU Muhammadiyah. Fikom dirawat di ruang Umar bin Khattab lantai 3 kamar 3801. Untuk menuju ke sana kami harus menaiki Lift.
(rombongan SIM UNS pada bergerombol di depan lift, saling berpandangan satu sama lain, satu sama lain saling memandang, saling satu sama lain memandang, halah)
Woro : “Ada yang bisa pakai lift gak?”.
Semua terdiam. Akhirnya Terajana, eh, Tri Hariyana yang mencet tombol di lift dan lift terbuka. Hehe. Dan kami semua-pun masuk. Tri memilih tempat di pojok kanan depan, dekat tombol lift. Pas pintu udah separuh tertutup tiba-tiba terbuka lagi. Kami semua saling berpandangan lagi. Mengapa, oh , mengapa. Ada yang nyeletuk.
“ Apa kita terlalu berat kali…..
“ Ah, enggak kok, kan lift-nya luas…..
Kemudian Tatang berkata, “Hayo, sudah-sudah, main-mainnya nanti saja…….
“Apa? Main-main?..... dan kami baru menyadari bahwa dalang dari semua ini adalah Pak Manteb, lho? Bukan-bukan. Maksud saya Tri Hariyana. Welah dalah….. sempat-sempatnya mainin pintu lift…. Hal ini meng-indikasikan bahwa siapa Tri Hariyana mulai terkuak, bahwasanya dia memang benar-benar penjaga lift….. hehe. Peace (^_^)v
Di dalam lift si Woro sudah mulai parno, takut macet. Perasaan gak ada se menit udah nyampe lantai 3. Mencari ruang Umar Bin Khatab no 3801 aja susah amat. Antar kamar tu gak urut. Jadinya kami serombongan mondar-mandir ke kanan ke kiri, ke depan ke belakang, ke atas ke bawah. Akhirnya kami diberi tau seseorang , entah itu “klining serpis” atau siapa lupa, kalau kamar 3801 tu yang paling pojok.
Adegan selanjutnya adalah kami masuk ruang perawatan Fikom secara bergiliran, terpadu dan berkelanjutan. Gak boleh banyak-banyak. Soalnya juga waktu itu barengan anak-anak pertanian.
Sudah ya, begitu saja. Sudah saatnya adzan maghrib bagi daerah Solo dan sekitarnya. Selamat petang.
Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita numpang nyuci
Berhubung di ladang gak ada sumur, marilah kita tidak usah nyuci, hihihi…….
 
 
0 comments